Senin, 09 Februari 2009

Penemuanku akan makna "CINTA"

Jakarta, 10 Januari 2009

Dear friends …..

Minggu lalu aku sempat melontarkan satu pertanyaan kepada salah seorang sahabat mengenai “apakah makna CINTA?” dan juga “apakah bisa disebut cinta bila seorang pria beristri mencintai seorang wanita lain? Karena cinta yang tumbuh di hati pria itu telah menyakiti orang-orang disekeliling nya. Yakni istri dan anak-anaknya.” Dan jawaban dari sahabatku itu adalah :
1. Makna CINTA adalah tentang memberi … tanpa memikirkan untuk menerima.
2. Yang dirasakan pria tersebut adalah NAPSU dan bukan CINTA.

Terus terang, jawaban tersebut buat aku tidak salah. Buat aku, yang hampir tidak percaya dengan yang namanya cinta, merasa tidak puas. Karena aku rasa, ada deskripsi yang lebih luas lagi yang bisa menjabarkan dan menjelaskan makna CINTA tersebut. Namun aku sama sekali tidak menyangka, bahwa ternyata jawaban tersebut aku dapatkan dari keluargaku sendiri, dalam sebuah moment duka.

Kemarin, suamiku kehilangan salah satu adik “se-ayah”nya yang meninggal karena kanker otak. Kami sekeluarga, berikut ipar-iparku pun melayat ke kediaman ibu tiri suamiku. Terus terang, hubungan kami dengan pihak keluarga disana tidak dekat. Aku rasa, sebagai keluarga dari istri pertama yang banyak merasakan kesedihan, kecewa, marah dan benci tatkala sang ayah memutuskan untuk menikahi perempuan lain, menyebabkan timbulnya suatu penolakan akan keberadaan “keluarga kedua” tersebut. Selama sekian puluh tahun, komunikasi sangat jarang terjadi. Paling, hanya sekedar ucapan “Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin” yang disampaikan kedua belah pihak sekali dalam setahun. Selebihnya ….. tidak ada.

Sampai dengan hari Kamis malam kemarin, kami mendengar kabar duka bahwa salah seorang adik “se-ayah” suamiku meninggal dunia karena kanker otak. Malam itu, ada ekspresi yang lain di wajah suamiku. Eksperi kesedihan yang sangat dalam. Eksperi yang sama dengan saat ia kehilangan ibu atau ayahnya. Ekspresi seseorang yang kehilangan orang yang dicintainya.

Esoknya, kami sekeluargapun melayat ke rumah duka. Dan, satu moment pertemuan dengan beribu macam perasaan pun terjadi. Tatkala kedua keluarga tersebut bertemu, mereka saling berpelukan, saling bertangis-tangisan, saling mengisahkan kejadian-kejadian yang membahagiakan dimasa lalu sambil mengenang sang almarhum. Moment yang sangat jauh dari kata-kata benci, kecewa, marah, dendam dan lain sebagainya.

Saat itu, akupun mulai berpikir, bahwa ternyata CINTA, selain tentang MEMBERI tanpa memikirkan MENERIMA, juga tetang MEMAAFKAN, MENCOBA MENGERTI DAN MENERIMA SESUATU DENGAN SEGALA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA, dan berbagai macam “tentang” lainnya yang kesemuanya, aku bila aku ringkas, menjadi “UNCONDITIONAL LOVE” atau “CINTA TANPA SYARAT”. Karena, menurutku, cinta seharusnya memang tak bersyarat. Apapun, siapapun dan bagaimanapun, cinta, haruslah dapat mendamaikan segalanya. Sulit bagiku untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai makna cinta yang kudapatkan kemarin. Selain ….. cinta … saat ini bagiku adalah suatu anugrah yang diberikan Tuhan kedalam hati umatnya …. Siapapun itu ….. yang mau melihat dengan hati dan mendengar dengan nurani.


Salam cinta buat semua sahabat …..


Henny

1 komentar: